Sekarang, kehidupan Jumini jauh lebih
baik. Setelah berjuang mati-matian melawan virus dalam tubuhnya, ia kini
menjadi ODHA produktif. Ia bekerja di sebuah KDS yang menangani pendampingan
dan konsultasi ODHA mulai dari awal datang ke CST, akses ARV dan pendampingan
keseharian ODHA yang membutuhkan dukungan secara mental.
Keseharian Jumini seperti orang pada
umumnya. Pagi hari setelah menyiapkan keperluan keluarganya, ia berangkat dari
rumahnya ke Pati Kota untuk bekerja dengan menggunakan motor. Sampai di Pati Kota, ia datang ke VCT di Rumah
Sakit untuk pendampingan dan memberikan dukungan sebaya, atau mendatangi rumah
ODHA lain yang membutuhkan. Bila ada pertemuan dan rapat tentang HIV-AIDS, ia
pasti menyempatkan diri untuk ikut serta.
Ket. gambar: Jumini saat pendampingan dalam ruangan VCT di RS Soewondo
Ketika akhir pekan, ia menghabiskan
waktu bersama ketiga anaknya. Ia melakukan pekerjaan rumah seperti biasa. Dari
mengangsu air (di daerah tempat merupakan tempat kering, air bersih susah
didapat), mencuci pakaian dan membersihkan rumah, ia lakukan sendiri. Ia merasa
jauh lebih baik dan tidak ada keluhan kesehatan apapun setelah rutin
menjalankan terapi ARV.
Ket. gambar: Jumini saat berakhir pekan. Mencuci dan menjemur pakaian keluarganya. Juga mengangsu air untuk keperluan dapur dan kamar mandi.
Ket. gambar: Jumini saat berakhir pekan. Mencuci dan menjemur pakaian keluarganya. Juga mengangsu air untuk keperluan dapur dan kamar mandi.
Anak bungsunya yang ia kandung ketika
ia telah dinyatakan reaktif HIV, dinyatakan negatif dari HIV karena ia
mengikuti program PPIA. Program PPIA adalah programyang membantu menguragi
resiko penularan HIV dari ibu yang positif mempunyai virus HIV ke anak yang
dikandungnya.
Ket. gambar: Jumini bersantai bersama putra bungsunya selepas mengurusi pekerjaan rumah tangga.
Ket. gambar: Jumini bersantai bersama putra bungsunya selepas mengurusi pekerjaan rumah tangga.
20 Juni 2018
Komentar
Posting Komentar